Senin, 15 Oktober 2018

AHWAL DAN MAQAMAT

MAQAMAT DAN AHWAL
Disusun oleh : Khaerul Umam
Agus Cipto Prasetyo


1.      Maqamat
Kata maqam, di definisikan sebagai suatu tahap adab (etika) kepada Nya dengan bermacam usaha di wujudkan untuk satu tujuan pencarian dan ukuran tugas masing-masing yang berada dalam tahap nya sendiri ketika dalam kondisi tersebut, serta tingkah laku riyadhah (exercise) menuju kepadanya. Maqamat adalah jalan yang harus di tempuh seorang sufi untuk berada dekat dengan Allah.
            Dalam pandangan Ath-Thusi sebagaiman di kutip oleh Rosikhon Anwar dan M. Al-Fatih bahwa maqamat adalah kedudukan hamba (salik) dalam perjalanannya menuju Allah SWT melalui ibadah, kwaungguhan melawan rintangan (al-mujahadat), dan latihan- latihan rohani (Ar-riyadhoh). Di antara tingkayan maqamat adalah : taubat, zuhud, wara’, faqir, sabar, tawakkal, dan ridho. Secara umum pemahamannya sebagai berikut :
1.      Taubat, yaitu memohon ampun di sertai janji tidak akan mengulangi.
2.      Zuhud, yaitu meninggalkan kehidupan dunia (dalam hal kemaksiatan) dan mengutamakan keutamaan di akhirat.
3.      Wara’,  yaitu meninggalkan segala hal yang syubhat (tidak jelas halal haramnya).
4.      Faqir, yaitu tidak meminta lebih dari apa yang sudah di terima.
5.      Sabar, yaitu tabah dalam menjalankan perintah Allah SWT dan tenang menghadapi cobaan.
6.      Tawakkal, yaitu berserah diri pada qadha dan keputusan Allah.
7.      Ridho,  yaitu tidak berusaha menentang qadha allah.[1]
Banyak jalan yang harus di lalui para sufi dalam meraih cita-cita dan tujuan mereka untuk untuk mendekatkan diri kepada allah SWT seperti memperbanyak zikir, beramal soleh, dan sebagainya. Dan tahapan-tahapan tersebut di namakan maqmat [2]

Para ahli tasawuf berbeda pendapat mengenai susunan tingkatan-tingkatan maqamat (station-station). Dalam kaitan ini, Abu Nashr as-Sarj at-Thusi dalam kitab Al-luma’ fii al tashawuf , menyebutkan 7 macam secara berurut, yaitu : taubat, wara’, zuhud, faqr, sabar, tawakkal, dan ridho. Ini membuktikan bahwa untuk memasuki perjalanan rohani menuju Tuhan, stasiun pertama yang harus dimasuki adalah pintu taubat yang didalamnya berlangsung proses penyucian jiwa dari segala kotoran.

2.      Ahwal
Ahwal adalah bentuk jama’ dari ‘hal’ yang biasanya diartikan sebagai keadaan mental yang dialami para sufi disela-sela perjalanan spiritualnya. Ibnu ‘Arabi menyebutkan hal sebagai sifat yang dimiliki seorang salik pada suatu waktu dan tidak pada waktu yang lain, seperti kemabukan dan fana. Eksistensinya bergantung pada sebuah kondisi, ia akan sirna mana kala kondisi tersebut tidak lagi ada. Hal tidak dapat dilihat dan dipahami tapi dapat dirasakan oleh orang yang mengalaminya yang karena nya sulit dilukiskan dengan ungkapan kata. Yang dinamakan hal adalah apa yang di dapatkan orang tanpa di cari (hibbah dari allah SWT).
Keadaan atau kondisi psikologis ketika seorang sufi mencapai maqam tertentu. Menurut Al-thusi, keadaan (hal) tidak termasuk usaha latihan-latihan rohaniyah. Dan para sufi menegaskan perbedaan maqam dan hal[3]
 Sedangkan dalam maqamat di dapatkan dengan di cari   (diusahakan) dengan kata lain hal itu bukan usaha manusia tetapi anugrah allah setelah seoarang berjuang dan berusaha melewati maqam tashowuf. Yang termasuk ahwal antara lain : persaan dekat, cinta, takut, harap, rindu, yakin, dan puas terhadap tuhan, serta tentram dan musyahadah (perasaan menyaksikan kehadiran tuhan).
Dalam pandangan harun nasution sebgaimana dikutip oleh Abuddin Nata, hal merupakan keadaan mental, seperti perasaan sedih/menangis, takut, senang, dan sebagainya. Oleh karena itu ada istilah-istilah lain yang termasuk kategori hal, al- muroqobat wa al-qurb, al-khauf, wa ar-raja’ (takut dan penuh harap) at-tuma’ninah (perasaan tenang dan tentram), al-musyahadat (menyaksikan dalam pandangan batin), al-yaqin (penuh dengan keyakinan yang mantap) al-uns (rasa berteman), at-tawadlu (rendah hati dan rendah diri), at-taqwa (patuh) , al-wajd (gembira hati), asy-syukr (berterima kasih), al-ikhlas,
Dengan demikian antara maqamat dan ahwal merupakan dua prinsip dalam kajian tasawuf yang tidak bisa dipisahkan. Maqamat dengan usaha dan kerja keras yang maksimal, kemudian hasilnya merupakan anugrah dari Allah SWT berupa perasaan dan keadaan-keadaan (ahwal) yang di alami oleh seorang salik menuju tuhannya.[4]






[1] Badrudin,”akhlaq tasawuf”(Serang:IAIB PRESS, cet II, September 2015),hlm.107-108
[2] Asep Nursyamsi, “buku ajar akhlaq tasawuf”,tasimalaya, 17 juli 2013M, hlm.46.
[3] Asep Nursyamsi, “buku ajar akhlaq tasawuf”,tasimalaya, 17 juli 2013M, hlm.46
[4] Badrudin,”akhlaq tasawuf”(Serang:IAIB PRESS, cet II, September 2015),hlm.110-111

AHWAL DAN MAQAMAT

MAQAMAT DAN AHWAL Disusun oleh : Khaerul Umam Agus Cipto Prasetyo 1.       Maqamat Kata maqam , di definisikan sebagai suatu ta...